“ DIA “
“ Kita putus
aja ya, kita lebih baik berteman ! “ sebuah sms masuk dan mengiris hatiku.
Ketika itu hatiku hancur, rasa kecewa memenuhi hatiku. Mengapa disaat aku
membutuhkanya dan telah menyayanginya sepenuh hatiku. Dia harus pergi
meninggalkan aku. Terlalu cepat aku mencintainya dan terlalu cepat aku
bersamanya. Ya Tuhan bantulah aku melupakan rasa sakit hatiku ini karena dia, bantulah
aku melupakannya dan berikanlah yang terbaik untuk dirinya dan untukku.
Awal
pertemuanku dengannya adalah sebuah pertemuan singkat yang terkesan biasa saja.
Tetapi dari hal biasa itulah memberikan hal yang luar biasa dari pertemuan itu.
Tak pernah ku kira, aku dan dia menjadi teman yang sangat dekat. Tetapi, dia
tak pernah mengingat raut wajahku sampai akhirnya kami bertemu kembali. Dan
saat pertemuan itu, dia memuji bahwa aku sangat manis karena senyumanku. Dia
selalu mencurahkan isi hatinya padaku saat dia memiliki kekasih hati yang tidak
lain adalah temanku. Meski dulu dia pernah mengatakan bahwa ingin lebih dekat
denganku dan akhirnya dia menjadi kekasih temanku. Aku tak merasa kecewa sampai
akhirnya kami selalu bertemu dan menjadi teman baik. Tetapi semua berubah
ketika dia berpisah dengan kekasihnya. Kami menjadi sangat dekat.
Malam itu
dia rela menjemputku ke kampus padahal hari itu dia libur, tetapi dia kurang
beruntung karena kakakku sudah menjemputku. Raut wajahnya sangat kecewa ketika
mengetahui hal itu, dan aku menatap wajahnya dengan meletakkan kedua tanganku
di wajahnya dan berkata “ kiran mau
pulang dulu kak, maaf ya jangan sedih !
“ sejenak kami pun terdiam dan akhirnya aku pulang dengan kakakku.
Aku tahu
perasaannya sangat sedih dan kecewa tetapi, aku yakin dia tak akan pernah marah
denganku. Dia sangat sabar tetapi, sangat sibuk dengan pekerjaannya. Hari demi
hari membuat aku dan dia merasa ada sesuatu yang membuat kami ingin selalu
bersama. Dan kami memiliki banyak kesamaan, sama-sama menyukai warna biru,
huruf awal nama kami sama, yaitu K (Kiran dan Kiki). Malam itu terasa berbeda
dia mengirimkan sms yang sangat romantis, dan dia menyatakan perasaannya
kepadaku. Aku lantas membalasnya dengan menolak perasaannya karena aku tak
ingin menjadi pelampiasan cintanya karena dia adalah mantan kekasih temanku.
Dari hal itu semua berubah membuat hubungan kami menjadi renggang dan saat itu
aku bertemu dengannya dan kami pun tak bertegur sapa. Hatiku sakit dengan
sikapnya, aku juga tahu dia sangat kecewa dengan keputusanku. Aku meikirkan hal
itu, aku tak ingin hubunganku dengan dia menjadi retak, aku menyayanginya
tetapi aku tak ingin memilikinya. Perasaanku menjadi tak tenang gelisah selalu
membebaniku dan aku memberikan kesempatannya untuk memilikiku.
Status
baru dalam hubunganku dengan dia membuat kami selalu bertemu, menghabiskan
waktu bersama. Aku sangat menyayanginya dan dia juga demikian. Sampai akhirnya
dia selalu sibuk dengan urusannya. Waktunya menjadi sangat terbatas denganku,
aku memaklumi hal itu aku menjadi kesepian karena hal itu, tetapi aku tak ingin
ada rasa egois dalam hubungan ini. Disaat aku selalu mengeluh dengan
perhatiannya yang kurang padaku, dia hanya bisa menjawab “ pasti ada waktu
untuk adek “. Dia selalu memanggilku dengan panggilan “ adek” itu adalah
panggilan sayangnya untukku. Aku juga sering marah-marah dan bersikap
kekanak-kanakan bahkan ingin dimanja oleh dia, tetapi dia tidak suka dengan aku
yang seperti itu, dia ingin aku bersikap dewasa dan selalu mandiri bukan
tergantung dengan dia. Tetapi aku merasa aku tidak pernah merasa bergantung
padanya. Dia selalu sabar menghadapi sifatkuyang sering marah-marah. Sampai
hari itu, aku tak membalas sms darinya, bertemu dengannya aku merasa biasa saja
seperti semua telah hilang, rasa cintaku, sayangku untuknya seperti sirna dalam
sekejap. Bagaikan angin yang berhembus sangat cepat dan perlahan-lahan hilang
begitu saja. Aku tak tahu mengapa perasaankku seperti ini kepadanya. Dia pun
demikian bertanya mengapa aku seperti ini. Dia merasa sedih, dia tak tahu harus
bagaimana dia merasa tidak melakukan kesalahan sehingga aku menjadi marah.
Malam itu, aku duduk dengannya, di bawah sinar rembulan yang terang dan indahnya kerlap-kerlip bintang yang
membuat tempat itu merasa sangat damai. Pertanyaan demi pertanyaan dia
lontarkan kepadaku, mengapa aku begitu tak peduli padanya mengapa aku terkesan
seolah-olah kami hanya teman. Banyak pertanyaannya yang membuat akupun bertanya
mengapa aku juga seperti itu. Dan hanya satu jawaban yang aku katakan “ aku
baik-baik saja kak “ dengan senyuman yang aku berikan untuknya sedikit merubah
raut wajahnya yang gelisah dan sedih. Entah apa yang membuatnya begitu berubah
dia ingin mengantarkan aku pulang, sifatnya berubah dengan cepat atau hanya
ingin menyenangkan hatiku saja. Jawabannya sangat jelas dia hanya ingin
menyenangkan hatiku.
Satu
bulan telah berlalu hubungan kami menjadi merenggang dengan keadaan dia yang
selalu disibukkan dengan pekerjaan dan aku hanya bisa menunggu kabar darinya. Entah
kapan kabar itu akan datang darinya aku hany bisa menunggu, dan terus menunggu
kabar darinya. Aku mulai bosan dengan hubungan ini tetapi rasa kebosanan itu
hilang dengan sikapnya yang menunjukkan perhatiannya padaku. Dia mengajakku
pergi, walaupun hanya duduk menghabiskan waktu dengan dia, dan aku sangat
senang. Masalah demi masalah sering hadir dalam hubungan kami dan aku hanya
bisa bersabar.
Memasuki
dua bulan hubungan kami, hubungan kami semakin merenggang, dan aku sangat
sedih, gelisah, apakah hubungan ini akan berlanjut atau harus berakhir dengan
cepat. Hari demi hari berlalu dan dia masih tetap seperti itu, dan aku
memutuskan untuk memberikan sebuah ujian kepadanya apakah dia masih mencintaiku
atau telah berpaling ke lain hati. Aku memberikan dia sebuah ujian agar
menghapus semua hal tentang diriku dari hidupnya, dan kami akan bertemu saat
hubungan kami genap berusia 2 bulan. Dia menyetujui, dan saat hari yang dinanti dia mengatkan
bahwa tidak mencintaiku lagi. Dan akupun menerima keputusan itu. Aku sadar
bahwa cinta tidak harus memiliki seseorang yang kita cintai. Waktu berlalu
cepat hingga aku mengetahui bahwa dia telah memiliki tambatan hati yang lain.
Aku bahagia karena dia bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.
Meskipun dia tidak mengakuinya ketika aku menanyakan padanya. Dia selalu
menyembunyikan hal-hal yang menurutku aku bisa menerima dan aku tak merasa
kecewa lagi. Suatu saat aku bertemu dengannya dan dia tidak seperti dulu disaat
kami pernah memiliki rasa yang menyatukan perasaan kami. Dia kembali seperti
pertama aku bertemu dengannya dingin, dan cuek bahkan tak ada lagi senyuman
yang selalu aku rindukan. Senyuman yang pernah menghiasi hariku saat aku
bersamanya. Aku pun takut melihatnya karena aku takut untuk melihat wajah yang
pernah menghiasi mimpiku. Semua telah berlalu dan dia hanya akan tersimpan di
dalam cerita cinta dan kehidupanku. Aku hanya ingin dia dan aku bisa
bersilaturrahmi walaupun hubungan kami bukan sebagai kekasih lagi. Tetapi,
menjadi teman adalah hal yang sangat indah. Terima kasih pernah hadir dalam
hidupku dan pernah mengisi ruang dalam hatiku meskipun aku tak pernah menjadi
pengisi ruang hatimu yang indah.
Berusahalah menjadi seseorang yang berarti dalam kehidupan orang lain bagaimanapun hubungan dirimu dengan
dia.
gue banget nii
BalasHapusreally??? . . . . .
Hapus