Selasa, 04 Februari 2014

Cerpen " DIA"

“ DIA “

“ Kita putus aja ya, kita lebih baik berteman ! “ sebuah sms masuk dan mengiris hatiku. Ketika itu hatiku hancur, rasa kecewa memenuhi hatiku. Mengapa disaat aku membutuhkanya dan telah menyayanginya sepenuh hatiku. Dia harus pergi meninggalkan aku. Terlalu cepat aku mencintainya dan terlalu cepat aku bersamanya. Ya Tuhan bantulah aku melupakan rasa sakit hatiku ini karena dia, bantulah aku melupakannya dan berikanlah yang terbaik untuk dirinya dan untukku.
Awal pertemuanku dengannya adalah sebuah pertemuan singkat yang terkesan biasa saja. Tetapi dari hal biasa itulah memberikan hal yang luar biasa dari pertemuan itu. Tak pernah ku kira, aku dan dia menjadi teman yang sangat dekat. Tetapi, dia tak pernah mengingat raut wajahku sampai akhirnya kami bertemu kembali. Dan saat pertemuan itu, dia memuji bahwa aku sangat manis karena senyumanku. Dia selalu mencurahkan isi hatinya padaku saat dia memiliki kekasih hati yang tidak lain adalah temanku. Meski dulu dia pernah mengatakan bahwa ingin lebih dekat denganku dan akhirnya dia menjadi kekasih temanku. Aku tak merasa kecewa sampai akhirnya kami selalu bertemu dan menjadi teman baik. Tetapi semua berubah ketika dia berpisah dengan kekasihnya. Kami menjadi sangat dekat.
Malam itu dia rela menjemputku ke kampus padahal hari itu dia libur, tetapi dia kurang beruntung karena kakakku sudah menjemputku. Raut wajahnya sangat kecewa ketika mengetahui hal itu, dan aku menatap wajahnya dengan meletakkan kedua tanganku di wajahnya dan berkata  “ kiran mau pulang dulu kak, maaf  ya jangan sedih ! “ sejenak kami pun terdiam dan akhirnya aku pulang dengan kakakku.
Aku tahu perasaannya sangat sedih dan kecewa tetapi, aku yakin dia tak akan pernah marah denganku. Dia sangat sabar tetapi, sangat sibuk dengan pekerjaannya. Hari demi hari membuat aku dan dia merasa ada sesuatu yang membuat kami ingin selalu bersama. Dan kami memiliki banyak kesamaan, sama-sama menyukai warna biru, huruf awal nama kami sama, yaitu K (Kiran dan Kiki). Malam itu terasa berbeda dia mengirimkan sms yang sangat romantis, dan dia menyatakan perasaannya kepadaku. Aku lantas membalasnya dengan menolak perasaannya karena aku tak ingin menjadi pelampiasan cintanya karena dia adalah mantan kekasih temanku. Dari hal itu semua berubah membuat hubungan kami menjadi renggang dan saat itu aku bertemu dengannya dan kami pun tak bertegur sapa. Hatiku sakit dengan sikapnya, aku juga tahu dia sangat kecewa dengan keputusanku. Aku meikirkan hal itu, aku tak ingin hubunganku dengan dia menjadi retak, aku menyayanginya tetapi aku tak ingin memilikinya. Perasaanku menjadi tak tenang gelisah selalu membebaniku dan aku memberikan kesempatannya untuk memilikiku.
            Status baru dalam hubunganku dengan dia membuat kami selalu bertemu, menghabiskan waktu bersama. Aku sangat menyayanginya dan dia juga demikian. Sampai akhirnya dia selalu sibuk dengan urusannya. Waktunya menjadi sangat terbatas denganku, aku memaklumi hal itu aku menjadi kesepian karena hal itu, tetapi aku tak ingin ada rasa egois dalam hubungan ini. Disaat aku selalu mengeluh dengan perhatiannya yang kurang padaku, dia hanya bisa menjawab “ pasti ada waktu untuk adek “. Dia selalu memanggilku dengan panggilan “ adek” itu adalah panggilan sayangnya untukku. Aku juga sering marah-marah dan bersikap kekanak-kanakan bahkan ingin dimanja oleh dia, tetapi dia tidak suka dengan aku yang seperti itu, dia ingin aku bersikap dewasa dan selalu mandiri bukan tergantung dengan dia. Tetapi aku merasa aku tidak pernah merasa bergantung padanya. Dia selalu sabar menghadapi sifatkuyang sering marah-marah. Sampai hari itu, aku tak membalas sms darinya, bertemu dengannya aku merasa biasa saja seperti semua telah hilang, rasa cintaku, sayangku untuknya seperti sirna dalam sekejap. Bagaikan angin yang berhembus sangat cepat dan perlahan-lahan hilang begitu saja. Aku tak tahu mengapa perasaankku seperti ini kepadanya. Dia pun demikian bertanya mengapa aku seperti ini. Dia merasa sedih, dia tak tahu harus bagaimana dia merasa tidak melakukan kesalahan sehingga aku menjadi marah. Malam itu, aku duduk dengannya, di bawah sinar rembulan yang terang  dan indahnya kerlap-kerlip bintang yang membuat tempat itu merasa sangat damai. Pertanyaan demi pertanyaan dia lontarkan kepadaku, mengapa aku begitu tak peduli padanya mengapa aku terkesan seolah-olah kami hanya teman. Banyak pertanyaannya yang membuat akupun bertanya mengapa aku juga seperti itu. Dan hanya satu jawaban yang aku katakan “ aku baik-baik saja kak “ dengan senyuman yang aku berikan untuknya sedikit merubah raut wajahnya yang gelisah dan sedih. Entah apa yang membuatnya begitu berubah dia ingin mengantarkan aku pulang, sifatnya berubah dengan cepat atau hanya ingin menyenangkan hatiku saja. Jawabannya sangat jelas dia hanya ingin menyenangkan hatiku.
            Satu bulan telah berlalu hubungan kami menjadi merenggang dengan keadaan dia yang selalu disibukkan dengan pekerjaan dan aku hanya bisa menunggu kabar darinya. Entah kapan kabar itu akan datang darinya aku hany bisa menunggu, dan terus menunggu kabar darinya. Aku mulai bosan dengan hubungan ini tetapi rasa kebosanan itu hilang dengan sikapnya yang menunjukkan perhatiannya padaku. Dia mengajakku pergi, walaupun hanya duduk menghabiskan waktu dengan dia, dan aku sangat senang. Masalah demi masalah sering hadir dalam hubungan kami dan aku hanya bisa bersabar.
            Memasuki dua bulan hubungan kami, hubungan kami semakin merenggang, dan aku sangat sedih, gelisah, apakah hubungan ini akan berlanjut atau harus berakhir dengan cepat. Hari demi hari berlalu dan dia masih tetap seperti itu, dan aku memutuskan untuk memberikan sebuah ujian kepadanya apakah dia masih mencintaiku atau telah berpaling ke lain hati. Aku memberikan dia sebuah ujian agar menghapus semua hal tentang diriku dari hidupnya, dan kami akan bertemu saat hubungan kami genap berusia 2 bulan. Dia menyetujui,  dan saat hari yang dinanti dia mengatkan bahwa tidak mencintaiku lagi. Dan akupun menerima keputusan itu. Aku sadar bahwa cinta tidak harus memiliki seseorang yang kita cintai. Waktu berlalu cepat hingga aku mengetahui bahwa dia telah memiliki tambatan hati yang lain. Aku bahagia karena dia bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku. Meskipun dia tidak mengakuinya ketika aku menanyakan padanya. Dia selalu menyembunyikan hal-hal yang menurutku aku bisa menerima dan aku tak merasa kecewa lagi. Suatu saat aku bertemu dengannya dan dia tidak seperti dulu disaat kami pernah memiliki rasa yang menyatukan perasaan kami. Dia kembali seperti pertama aku bertemu dengannya dingin, dan cuek bahkan tak ada lagi senyuman yang selalu aku rindukan. Senyuman yang pernah menghiasi hariku saat aku bersamanya. Aku pun takut melihatnya karena aku takut untuk melihat wajah yang pernah menghiasi mimpiku. Semua telah berlalu dan dia hanya akan tersimpan di dalam cerita cinta dan kehidupanku. Aku hanya ingin dia dan aku bisa bersilaturrahmi walaupun hubungan kami bukan sebagai kekasih lagi. Tetapi, menjadi teman adalah hal yang sangat indah. Terima kasih pernah hadir dalam hidupku dan pernah mengisi ruang dalam hatiku meskipun aku tak pernah menjadi pengisi ruang hatimu yang indah.

Berusahalah menjadi seseorang  yang berarti dalam kehidupan orang lain  bagaimanapun hubungan dirimu dengan dia.





2 komentar: